Anak seumuran Rayyaan (27 bulan) so pasti sudah senang yang namanya coret-coret (atau “tuwis-tuwis”, begitu istilah Rayyaan). Meski sudah disediakan kertas dan alat tulis, in the end ya kejadian juga, ada coretan yang nyasar di dinding he he. Maunya sih ya corat-coretnya di kertas atau di buku saja, tapi Eyangkungnya bilang “Ya nanti tinggal dicat dindingnya, kamu juga dulu begitu,” hi hi.
Sebagai variasi corat-coret di kertas (atau di dinding), saya mengajak Rayyaan melakukan kegiatan salt writing alias menulis atas garam. Yang dibutuhkan adalah sebuah nampan yang kita lapisi dengan selembar kertas, sebuah sendok, sebuah kuas, dan tentu saja sebungkus garam halus. Caranya sih simpel saja, taburkan garam di atas nampan, lalu ajak anak menulis atau menggambar pada hamparan garam halus tersebut. Awalnya saya ajak Rayyaan menulis beberapa huruf, lalu saya biarkan ia menggambar sesuka hatinya. Sesekali ia saya bantu meratakan kembali permukaan garamnya.
Saat pertama kali salt writing Rayyaan terlihat repot karena garam yang saya gunakan kurang halus dan butiran-butiran garamnya terlihat menempel satu sama lain. Sebenarnya hal ini sudah saya prediksi. Karena saat membeli garam, merk yang jadi incaran saya habis (masih ada sih beberapa bungkus, tapi bocor dan tumpah kemana-mana). Percobaan kedua salt writing hasilnya memang jauh berbeda. Garamnya lebih halus dan tidak menempel jadi lebih enak ditulisi. Rayyaan sempat membuat suatu gambar yang ia bilang “Upi Ipi/Upin Ipin”, ada juga gambar mobil dan “tuta api (kereta api)”. Sangking asyiknya salt writing sampai tidak mau berhenti “tuwis-tuwis”di garam. Meski ada garam yang berceran, tapi sisanya masih banyak dan masih bisa digunakan lagi, saya menyimpan sisa garamnya di wadah plastik dan saya bungkus lagi dengan kantung plastik.
Salt writing ini cocok untuk kegiatan belajar menulis untuk anak balita atau pra sekolah. Bagaimana dengan “pro kontra” soal anak balita, pra sekolah, dan TK belajar menulis? In my humble opinion dan berdasarkan sumber yang pernah saya baca, tidak ada salahnya mengajak anak belajar menulis. Yang harus diperhatikan adalah metodenya jangan membuat anak merasa bosan apalagi tertekan (misalnya belajarnya hanya dengan menulis berlembar-lembar huruf dan kata, dan yang mengajari galak he he). Tidak hanya menulis, belajar apapun kalau saat proses belajarnya si anak merasa tertekan, bisa berakibat tidak baik bagi perkembangannya. Namanya dunia anak-anak memang dunia bermain, apalagi anak balita, pra sekolah, dan TK. Salt writing ini in syaa Allah bisa jadi salah satu metode yang menyenangkan untuk mengajak anak belajar menulis (atau menggambar).
Jika salt writing dilakukan dengan jari tangan, kegiatan ini bisa melatih kepekaan inderawinya, terutama sentuhan. Selain dengan jari, salt writing bisa dilakukan dengan menggunakan kuas (gunakan ujung kuasnya yang tumpul untuk menulis dan yang ada rambut/bulu kuasnya untuk menyapu garamnya). Variasi lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan kertas atau karton warna-warni sebagai dasar salt writingnya supaya lebih menarik. Bahkan jika memungkinkan, sediakan beberapa lembar karton warna-warni sehingga anak yang lebih besar bisa mengganti sendiri kertasnya sesuai warna yang ia inginkan. Atau gabungkan beberapa lembar kertas warna-warni menjadi kertas pelangi dan jadikan pelapis nampannya. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah garam yang bertaburan. Jika khawatir sulit menyapu garamnya, ajak anak khususnya yang masih balita bermain salt writing di luar rumah.
Sumber:
wah Rayyan pinter.Ibunya juga kreatif.Sudah lama sekali nggak berkunjung ke blog mbak Heny.Abis bingung saya.Blognya banyak banget sih.Hihi…
SukaSuka
Hihihi, 3 ajalah Mba. Yg 1 resep, yg 1 keg bocah, yg 1 klo ada ilham bwt ikut GA n lomba 😀
SukaSuka
Wah, seru banget. Terimakasih untuk pencerahannya, pengalamannya mau saya tiru, ah. Makasih banyak, ya 🙂
SukaSuka
Sama sama Mak, makasi sudah mampir 🙂
SukaSuka
Aku belum pernah nyoba sich, garamnya awet tapi ya, gak jadi air…takutnya garamnya malah jadi air
SukaSuka
Garam yang kupake termasuk awet, Mak. Soalnya pernah beli, dibuka, lupa ga masukkin wadah garam, dia tetap bagus sih. Buat play dough juga aku pake merk yang sama. Lebih halus butirannya.
SukaSuka
wah, tampaknya seru. mau coba jg ah sama Rafasya. tfs yaa
SukaSuka
Sama-sama Mak. Makasi sudah mampir 🙂
SukaSuka
Wah..kreatif sekali bunda… yup saya setuju, mengajari anak belajar apapun, asalkan dengan cara yang menyenangkan dijamin tidak akan membebani anak. Lain halnya jika anak belajar dalam keadaan yang tertekan, kasihan…
SukaSuka
Iya Bund. Belajar apapun kalau anak merasa terpaksa tertekan capek dsb, anak jadi nggak enjoy.
SukaSuka
Salam bund, saya pernah pake yg pasir magnet itu… tapi tak awet dan sepertinya warnanya tak menarik buat anak.. kali ini mungkin warna bisa lebih kontras jika nampan warna gelap.. semoga anak saya suka… oh ya tapi kenapa pilih garam bun…apakah karena garam jauh lebih aman.. bahannya bagi anak?? Thanks sebelumnya
SukaSuka
saya malah belum pernah pakai pasir magnet Pak 🙂 iya sih garam lebih aman kalau tak sengaja tertelan, dan cukup murah juga he he. Sisa garamnya juga bisa saya pakai untuk membuat play dough
SukaSuka